Monday 26 May 2014

CARA DAPATKAN URL IMAGE DI PICASA

  1. Buka adrress picasa yaitu http://picasaweb.google.com/home
  2. Klik tulisan "di sini" untuk kembali ke Album Web Picasa (kalau belum keluar tulisannya arahkan mouse ke top menu)
  3. Klik Unggah (Upload)
  4. Masukkan gambar tadi yang sudah kita siapkan, caranya klik "Pilih foto dari komputer anda"
  5. Setelah ketemu di tandai semua , lalu tekan Open
  6. Lalu beri nama albumnya
  7. Klik Oke
  8. Klik Beranda
  9. Nah album yang tadi kita buat sudah tampil di beranda picasa
  10. Klik album yang tadi kita buat, maka akan mucul gambar2 yang tadi kita upload
  11. Klik salah satu gambar yang tampil, coba klik gambar yang terakhir
  12. Klik tindakan ---->>> Atribut Album ---->>> Terbatas, Siapa saja yang Memiliki Tautan --->>> Simpan Perubahan
  13. Setelah ini dilakukan barulah muncul tulisan "Tautkan dengan foto ini"
  14. Klik gambar yang mau diambil alamat url nya
  15. Beri centang pada kotak "Hanya gambar (tanda tautan)
  16. Lalu pilih Ukuran asli (atau pilih ukuran gambar yang kita inginkan)
  17. Lalu copy script yang ada di kotak  "Sematkan gambar" (Embed Image)
  18. contohnya: https://lh5.googleusercontent.com/-sMFPsRpj8eI/UiBDLZMXn-I/AAAAAAAAAys/lSKdj8zvDsw/s800/cver-540x338.png
  19. Untuk menggambil URL gambar yang lain tinggal klik tanda panah ke kirinya --->>> jangan lupa centang pada kotak "Hanya gambar (tanda tautan)"  --->>> pilih ukuran gambar yang diinginkan --->>> ambil url nya di kotak "sematkan gambar"
  20. Selesai !
  21. Selamat mencoba semoga sukses.
  22. Sebaiknya simpan alamat/address albumnya, sehingga kapan2 mau ambil url gambar lagi menjadi lebih mudah.  contohnya seperti ini:
    https://picasaweb.google.com/108517078996893077249/PortofolioFotografi

Saturday 10 May 2014

KONSEP ASESMEN AUTENTIK KURIKULUM 2013



Konsep Asesmen Autentik dapat didownload disini.

PENDEKATAN PENDEKATAN ILMIAH DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013



Pendekatan Pendekatan Ilmiah  Dalam Pembelajaran Kurikulum 2013 silahkan didownload disini.

PEMBELAJARAN TEMATIK KURIKULUM 2013



PEMBELAJARAN TEMATIK

DI SEKOLAH DASAR

 

A.        Pengantar
Proses pembelajaran untuk jenjang Sekolah Dasar atau yang sederajat menggunakan pendekatan pendekatan tematik.  Model pembelajaran tematik terpadu (PTP) atau integrated thematic instruction (ITI) dikembangkan pertama kali pada awal tahun 1970-an. Belakangan PTP diyakini sebagai salah satu model pengajaran yang efektif (highly effective teaching model), karena mampu mewadahi dan menyentuh secara terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik di dalam kelas atau di lingkungan sekolah. Model PTP ini pun sudah terbukti secara empirik berhasil memacu percepatan dan meningkatkan kapasitas memori peserta didik (enhance learning and increase long-term memory capabilities of learners) untuk waktu yang panjang.

Pembelajaran tematik integratif yang sering juga disebut sebagai pembelajaran tematik terintegrasi (integrated thematic instruction, ITI) asalinya dikonseptualisasikan tahun 1970an. Pendekatan pembelajaran ini awalnya dikembangkan untuk anak-anak berbakat dan bertalenta (gifted and talented), anak-anak yang cerdas, program perluasan belajar, dan peserta didik yang belajar cepat.

Premis utama PTP bahwa peserta didik memerlukan peluang-peluang tambahan (additional opportunities) untuk menggunakan talentanya, menyediakan waktu bersama yang lain untuk secara cepat mengkonseptualisasi dan mensintesis. Pada sisi lain, model PTP relevan untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan kualitatif lingkungan belajar. Model PTP diharapkan mampu menginspirasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar.

Model PTP memiliki perbedaan kualitatif (qualitatively different) dengan model pembelajaran lain, karena sifatnya memandu peserta didik mencapai kemampuan berpikir
tingkat tinggi (higher levels of thinking) atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi kecerdasan ganda (multiple thinking skills), sebuah proses inovatif bagi pengembangnan dimensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.

B.        Elemen-elemen Terkait dalam PTP

Implmementasi PTP menuntut kemampuan guru dalam mentransformasikan materi pembelajaran di kelas. Karena itu guru harus memahami materi apa yang diajarkan dan bagaimana mengaplikasikannya dalam lingkungan belajar di kelas. Oleh karena Model PTP ini bersifat ramah otak, guru harus mampu mengidentifikasi elemen-elemen lingkungan yang mungkin relevan dan dapat dioptimasi ketika berinteraksi dengan peserta didik selama proses pembelajaran. Ada sepuluh elemen yang terkait dengan ini dan perlu ditingkatkan oleh guru.

1.                       Mereduksi tingkat kealpaan atau bernilai tambah berpikir reflektif
2.                       Memberkaya sensori pengalaman di bidang sikap, keterampilan, dan pengetahuan
3.                       Menyajikan isi atau substansi pembelajaran yang bermakna
4.                       Lingkungan yang memperkaya pembelajaran
5.                       Bergerak memacu pembelajaran Movement to Enhance Learning
6.                       Membuka pilihan-pilihan
7.                       Opimasi waktu secara tepat
8.                       Kolaborasi
9.                       Umpan balik segera
10.                    Ketuntasan atau aplikasi
C.       Manfaat Pendekatan Tematik Terpadu
1.     Suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan. Suasana kelas memungkinkan semua orang yang ada di dalamnya memiliki rasa mau menanggung resiko bersama. Misalnya, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak benar tanpa harus menyinggung perasaan peserta didik. Prosedur-prosedur kerja keseharian, memastikan bahwa semua jadwal terprediksi, dan menjamin peserta didik merasa selami aman selama berada di kelas dan di luar kelas.
 Keterampilan hidup dikenali, didiskusikan dan dipraktikkan oleh peserta didik dengan interaksi yang tepat dan dengan perasaan yang menyenangkan dalam komunitas ruang kelas.
2.     Menggunakan kelompok kerjasama, kolaborasi, kelompok belajar, dan strategi pemecahan konflik yang mendodong peserta didik untuk memechkan masalah sosial dan saling menghargai.
3.    Mengoptimasi lingkungan belajar sebagai kunci kelas yang ramah otak (brain-friendly classroom). Aktivitas belajar melibatkan subjek belajar secara langsung, mengoptimasi semua sumber belajar, dan memberi peluang peserta didik untuk mengesplorasi materi secara lebih luas.
4.        Pdeserta didik secara cepat dan tepat waktu mampu memproses informasi. Proses itu tidak hanya menyentuh dimensi kuantitas dan kualitas mengeksplorasi konsep-konsep baru dan membantu peserta didik mengembangkan pengetahuan secara siap.
5.       Proses pembelajaran di kelas mendorong peserta didik berada dalam format ramah otak.
6.     Materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat diaplikasikan langsung oleh peserta didik dalam kehidupannya sehari-hari.
7.    Peserta didik yang relatif mengalami keterlambatan untuk menuntaskan program belajar dapat dibantu oleh guru dengan cara memberikan bimbingan khusus dan menerapkan prinsip belajar tuntas.
8.     Program pembelajaran yang bersifat ramah otak memungkinkan guru untuk mewujudkan ketuntasan belajar dengan menerapkan variasi cara penilaian.

D.       Tahap-tahap Pembelajaran Tematik  Terpadu

1.     Menentukan tema. Tema dapat ditetapkan oleh guru dan sesekali dapat ditetapkan bersama dengan peserta didik. Tema itu ditetapkan secara tematik terpadu, ddapat dilakukan oleh guru sendiri dan dimungkinkan disepakati bersama dengan peserta didik.
2.    Mengintegrasikan tema dengan kurikulum yang berlaku. Pada tahap ini guru harus mampu mendesain tema pembelajaran dengan cara terintegrasi sejalan dengan tuntutan kurikulum, dengan mengedepankan dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
3.  Mendesain rencana pembelajaran dan kegiatan kokurikuler. Tahapan ini mencakup pengorganisasian sumber-sumber dan aktivitas-aktivitas ekstrakurikuler dalam rangka mendemonstrasikan tema. Misalnya, melalui studi wisata, berkunjung ke museum, dan lain-lain.
4.    Aktivitas kelompok dan diskusi. Aktivitas ini memampukan peserta didik untuk berpartisipasi dan mencapai berbagi persepektif darin tema. Hal ini membangu guru dan peserta didik dalam mengeksplorasi subjek.
E.    Prinsip-prinsip Pembelajaran Tematik Terpadu
1.    Tema hendaknya tidak terlalu luas dan dapat dengan mudah digunakan untuk memadukan banyak bidang studi,
2.       Tema yang dipilih memberikan bekal bagi peserta didik untuk belajar selanjutnya
3.       Tema disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik.
4.       Tema harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak,
5.     Tema harus mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar
6.      Tema yang dipilih sesuai dengan kurikulum yang berlaku
7.      Tema yang dipilih sesuai dengan ketersediaan sumber belajar.
G. Model-model Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran Tematik Terpadu dapat diimplementasikan dengan beragam model. Menurut Robin Fogarty  (1991) ada sepuluh model PTP, seperti disajikan berikut ini.
1.        Model penggalan (fragmented model). Model ini diimplementasikan dengan pemaduan yang terbatas pada satu mata pelajaran. Misalnya, mata pelajaran bahasa Indonesia materi pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca dan menulis dapat dipadukan dalam materi pembelajaran ketrampilan berbahasa.
2.  Model keterhubungan (connected model). Model ini diimplementasikan berbasis pada anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Butir-butir pembelajaran seperti: kosakata, struktur, membaca, dan mengarang misalnya dapat dipayungkan pada mata pelajaran bahasa dan sastra.
3.   Model sarang (nested model). Model ini diimplementasikan dengan memadukan berbagai bentuk penguasaan konsep ketrampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya, pada jam-jam tertentu guru memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman bentuk kata, makna kata,dan ungkapan dengan saran pembuahan ketrampilan dalam mengembangkan daya imajinasi, daya berfikir logis, menentukan ciri bentuk dan makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan menulis puisi.
4.    Model Urutan/Rangkaian (sequenced model). Model ini memadukan topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara pararel. Isi  cerita dalam roman sejarah, misalnya: topik pembahasannya secara pararel atau dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan bangsa karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata.
5.      Model berbagi (shared/participative model). Model ini merupakan pemaduan pembelajaran akibat munculnya tumbang-tindih (overlapping concept) atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Buir-butir pembelajaran tetang kewarganegaraan dalam PKn misalnya, dapat bertumpang tindih dengan butir pembelajaran Tata Negara, Sejarah Perjuangan Bangsa, dan sebagainya.
6.     Model jaring laba-laba (webbed model). Model ini berangkat dari pendekatan tematis sebagai acuan dasar bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema yang dibuat dapat mengikat kegiatan  pembelajaran, baik dalam mata pelajaran tertentu maupun antarmata pelajaran.
7.     Model galur (threaded model). Model ini memdukan bentuk-bentuk ketrampilan. Misalnya: melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadian-kejadian, antisipasi terhadap cerita, dsb. Bentuk model  ini terfokus pada meta kurikulum.
8.      Model celupan (immersed model). Model ini dirancang untuk membantu peserta didik dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk mewadahi tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman masing-masing.
9.    Model jejaring (networked model). Model ini merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan perubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk ketrampilan baru setelah peserta didik mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda.
10.   Model terpadu (integrated model). Model ini merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang semula terdapat dalam pelajaran matematika, bahasa Indonesia, IPA,  dan IPS agar tidak membuat muatan kurikulum berlebihan, cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya IPA.