Saturday, 10 May 2014
PEMBELAJARAN TEMATIK KURIKULUM 2013
PEMBELAJARAN TEMATIK
DI SEKOLAH DASAR
A.
Pengantar
Proses pembelajaran untuk jenjang Sekolah Dasar
atau yang sederajat menggunakan pendekatan pendekatan tematik. Model pembelajaran tematik terpadu (PTP) atau
integrated thematic instruction (ITI)
dikembangkan pertama kali pada awal tahun 1970-an. Belakangan PTP diyakini
sebagai salah satu model pengajaran yang efektif (highly effective teaching
model), karena mampu mewadahi dan
menyentuh secara terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik di dalam kelas atau
di lingkungan sekolah. Model PTP ini pun sudah terbukti secara empirik berhasil
memacu percepatan dan meningkatkan kapasitas memori peserta didik (enhance learning and increase long-term
memory capabilities of learners) untuk waktu yang panjang.
Pembelajaran
tematik integratif yang sering juga disebut sebagai pembelajaran tematik
terintegrasi (integrated thematic instruction,
ITI) asalinya
dikonseptualisasikan tahun 1970an. Pendekatan pembelajaran ini awalnya
dikembangkan untuk anak-anak berbakat dan bertalenta (gifted and talented), anak-anak yang cerdas, program perluasan
belajar, dan peserta didik yang belajar cepat.
Premis utama PTP bahwa
peserta didik memerlukan peluang-peluang tambahan (additional opportunities) untuk menggunakan talentanya, menyediakan
waktu bersama yang lain untuk secara cepat mengkonseptualisasi dan mensintesis.
Pada sisi lain, model PTP relevan untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan
kualitatif lingkungan belajar. Model PTP diharapkan mampu menginspirasi peserta
didik untuk memperoleh pengalaman belajar.
Model PTP
memiliki perbedaan kualitatif (qualitatively different) dengan model
pembelajaran lain, karena sifatnya memandu peserta didik mencapai kemampuan
berpikir
tingkat tinggi (higher levels of thinking) atau keterampilan berpikir dengan
mengoptimasi kecerdasan ganda (multiple thinking skills), sebuah proses
inovatif bagi pengembangnan dimensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.
B.
Elemen-elemen Terkait dalam PTP
Implmementasi
PTP menuntut kemampuan guru dalam mentransformasikan materi pembelajaran di
kelas. Karena itu guru harus memahami materi apa yang diajarkan dan bagaimana
mengaplikasikannya dalam lingkungan belajar di kelas. Oleh karena Model PTP ini
bersifat ramah otak, guru harus mampu mengidentifikasi elemen-elemen lingkungan
yang mungkin relevan dan dapat dioptimasi ketika berinteraksi dengan peserta
didik selama proses pembelajaran. Ada sepuluh elemen yang terkait dengan ini
dan perlu ditingkatkan oleh guru.
1.
Mereduksi tingkat
kealpaan atau bernilai tambah berpikir reflektif
2.
Memberkaya sensori
pengalaman di bidang sikap, keterampilan, dan pengetahuan
3.
Menyajikan isi atau
substansi pembelajaran yang bermakna
4.
Lingkungan yang
memperkaya pembelajaran
5.
Bergerak memacu
pembelajaran Movement to Enhance Learning
6.
Membuka pilihan-pilihan
7.
Opimasi waktu secara
tepat
8.
Kolaborasi
9.
Umpan balik segera
10.
Ketuntasan atau aplikasi
C. Manfaat
Pendekatan Tematik Terpadu
1. Suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan.
Suasana kelas memungkinkan semua orang yang ada di dalamnya memiliki rasa mau
menanggung resiko bersama. Misalnya, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak
benar tanpa harus menyinggung perasaan peserta didik. Prosedur-prosedur
kerja keseharian, memastikan bahwa semua jadwal terprediksi, dan menjamin peserta
didik merasa selami aman selama berada di kelas dan di luar kelas.
Keterampilan hidup dikenali, didiskusikan dan
dipraktikkan oleh peserta didik dengan interaksi yang tepat dan dengan perasaan
yang menyenangkan dalam komunitas ruang kelas.
2.
Menggunakan kelompok kerjasama, kolaborasi,
kelompok belajar, dan strategi pemecahan konflik yang mendodong peserta didik
untuk memechkan masalah sosial dan saling menghargai.
3. Mengoptimasi lingkungan belajar sebagai kunci kelas yang ramah otak (brain-friendly classroom). Aktivitas
belajar melibatkan subjek belajar secara langsung, mengoptimasi semua sumber
belajar, dan memberi peluang peserta didik untuk mengesplorasi materi secara
lebih luas.
4. Pdeserta didik secara cepat dan tepat waktu mampu memproses informasi. Proses
itu tidak hanya menyentuh dimensi kuantitas dan kualitas mengeksplorasi
konsep-konsep baru dan membantu peserta didik mengembangkan pengetahuan secara
siap.
5. Proses pembelajaran di kelas mendorong peserta didik berada dalam format
ramah otak.
6.
Materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat
diaplikasikan langsung oleh peserta didik dalam kehidupannya sehari-hari.
7. Peserta didik yang relatif mengalami keterlambatan
untuk menuntaskan program belajar dapat dibantu oleh guru dengan cara
memberikan bimbingan khusus dan menerapkan prinsip belajar tuntas.
8. Program pembelajaran yang bersifat ramah otak
memungkinkan guru untuk mewujudkan ketuntasan belajar dengan menerapkan variasi
cara penilaian.
D. Tahap-tahap Pembelajaran Tematik Terpadu
1. Menentukan
tema. Tema dapat ditetapkan oleh guru dan sesekali dapat ditetapkan bersama
dengan peserta didik. Tema itu ditetapkan secara
tematik terpadu, ddapat dilakukan oleh guru sendiri dan dimungkinkan disepakati
bersama dengan peserta didik.
2. Mengintegrasikan
tema dengan kurikulum yang berlaku. Pada tahap ini guru harus mampu mendesain
tema pembelajaran dengan cara terintegrasi sejalan dengan tuntutan kurikulum, dengan mengedepankan dimensi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan.
3. Mendesain
rencana pembelajaran dan kegiatan kokurikuler. Tahapan ini mencakup
pengorganisasian sumber-sumber dan aktivitas-aktivitas ekstrakurikuler dalam
rangka mendemonstrasikan tema. Misalnya, melalui studi wisata, berkunjung ke
museum, dan lain-lain.
4. Aktivitas
kelompok dan diskusi. Aktivitas ini memampukan peserta didik untuk
berpartisipasi dan mencapai berbagi persepektif darin tema. Hal
ini membangu guru dan peserta didik dalam mengeksplorasi subjek.
E.
Prinsip-prinsip Pembelajaran Tematik Terpadu
1. Tema hendaknya tidak terlalu luas dan dapat
dengan mudah digunakan untuk memadukan banyak bidang studi,
2. Tema yang dipilih memberikan bekal
bagi peserta didik untuk belajar selanjutnya
3. Tema disesuaikan dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
4. Tema harus mampu mewadahi sebagian
besar minat anak,
5.
Tema harus mempertimbangkan
penstiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar
6.
Tema yang dipilih sesuai dengan
kurikulum yang berlaku
7.
Tema yang dipilih sesuai dengan ketersediaan
sumber belajar.
G. Model-model Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran
Tematik Terpadu dapat diimplementasikan dengan beragam model. Menurut Robin
Fogarty (1991) ada sepuluh model PTP, seperti disajikan berikut ini.
1.
Model penggalan (fragmented model). Model ini diimplementasikan dengan pemaduan yang
terbatas pada satu mata pelajaran. Misalnya, mata pelajaran bahasa Indonesia
materi pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca dan menulis dapat
dipadukan dalam materi pembelajaran ketrampilan berbahasa.
2.
Model keterhubungan (connected model). Model ini diimplementasikan
berbasis pada anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada
induk mata pelajaran tertentu. Butir-butir pembelajaran seperti: kosakata,
struktur, membaca, dan mengarang misalnya dapat dipayungkan pada mata pelajaran
bahasa dan sastra.
3.
Model sarang (nested model). Model ini diimplementasikan dengan memadukan
berbagai bentuk penguasaan konsep ketrampilan melalui sebuah kegiatan
pembelajaran. Misalnya, pada jam-jam tertentu guru memfokuskan kegiatan pembelajaran
pada pemahaman bentuk kata, makna kata,dan ungkapan dengan saran pembuahan
ketrampilan dalam mengembangkan daya imajinasi, daya berfikir logis, menentukan
ciri bentuk dan makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan menulis
puisi.
4. Model Urutan/Rangkaian (sequenced model). Model ini memadukan
topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara pararel. Isi cerita
dalam roman sejarah, misalnya: topik pembahasannya secara pararel atau dalam
jam yang sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan bangsa
karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik
yang menyangkut perubahan makna kata.
5. Model berbagi (shared/participative model). Model ini merupakan pemaduan
pembelajaran akibat munculnya tumbang-tindih (overlapping concept) atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih.
Buir-butir pembelajaran tetang kewarganegaraan dalam PKn misalnya, dapat
bertumpang tindih dengan butir pembelajaran Tata Negara, Sejarah Perjuangan
Bangsa, dan sebagainya.
6.
Model jaring laba-laba (webbed model). Model ini berangkat dari
pendekatan tematis sebagai acuan dasar bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema yang
dibuat dapat mengikat kegiatan pembelajaran, baik dalam mata pelajaran
tertentu maupun antarmata pelajaran.
7.
Model galur (threaded model). Model ini memdukan bentuk-bentuk ketrampilan. Misalnya:
melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap
kejadian-kejadian, antisipasi terhadap cerita, dsb. Bentuk model ini terfokus
pada meta kurikulum.
8.
Model celupan (immersed model). Model ini dirancang untuk membantu peserta didik
dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan
dengan medan pemakaiannya. Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk mewadahi tukar
pengalaman dan pemanfaatan pengalaman masing-masing.
9. Model jejaring (networked model). Model ini merupakan model pemaduan pembelajaran
yang mengandaikan kemungkinan perubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah,
maupun tuntutan bentuk ketrampilan baru setelah peserta didik mengadakan studi
lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda.
10. Model terpadu (integrated model). Model ini merupakan pemaduan sejumlah topik dari
mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu.
Topik evidensi yang semula terdapat dalam pelajaran matematika, bahasa
Indonesia, IPA, dan IPS agar tidak membuat muatan kurikulum berlebihan,
cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya IPA.
Subscribe to:
Posts (Atom)